3/20/2007

Pemaparan ESQ di Oxford Disambut Antusias

Oxford,London—Paparan pendiri dan pimpinan lembaga pelatihan manajemen Emotional and Spiritual Quotien (ESQ), Ary Ginandjar Agustian, tentang nilai-nilai ESQ, disambut antusias para peserta Seminar Internasional tentang Spiritualitas di Oxford, Inggris. Dalam seminar yang digelar The Oxford Academy of Total Intelligence dari 11 Maret hingga Ahad (18/3) itu, Ary bahkan dianggap Danah Zohar sebagai figur yang potensial menjembatani hubungan Islam dengan Barat.

“Kami benar-benar terinspirasi apa yang Anda paparkan,”kata Ary, mengulang apa yang dikatakan Danah Zohar yang mendatangi dan memeluknya usai presentasi. Menurut Prof Zohar yang menyebut Ary sebagai ‘contoh nyata pekerjaannya’, dengan pemaparan Ary, seharusnya tidak ada lagi pihak yang membenci Islam. “Dunia membutuhkan Ary dan orang-orang penyebar semangat kasih sayang seperti dia, yang bisa memperbaiki hubungan antara Islam dengan Barat,” kata Prof Zohar.

Turut mendatangi Ary tatkala masih berada di podiumadalah Prof Ian Marshal. Baik Prof Zohar maupun Prof Marshal merupakan pendiri dan pengasuh The Oxford Academy of Total Intelligence. Keduanya juga penulis buku spiritual yang menjadi bestseller dunia,Spiritual Capital.

Tidak hanya keduanya yang menyatakan terinspirasi nilai-nilai ESQ. Peserta lain asal Afrika Selatan yang juga merupakan Country Director KnowledgeWorks, Dr.Fritz Holsfer, menyatakan, sebelumnya ia menganggap Islam itu begitu menakutkan. Antara Islam dan agama lain, terutama Kristen, merupakan titik-titik yang tidak bisa dipersatukan. “Setelah sessi Ary, saya merasakan adanya kesatuan yang kuat. Saya tidak lagi melihat kedua agama itu sebagai penghalang kebersamaan dan persaudaraan seluruh umat manusia,” kata Holsfer. Sementara Diana Wyatt dari Kepulauan Karibia, menyatakan bahwa paparan Ary telah membawanya kepada momen meditative yang membuatnya memasuki dirinya sendiri. “Saya yakini, itulah spiritualitas. Saya melihat ketulusannya dalam berbicara,” ujar Wyatt.

Bahkan lebih dari itu, respons seorang peserta dari Denmark, Jan Fredericksen dan peserta dari Nepal, Om Yogi, lebih jauh lagi. Sementara Fredericksen yang selama ini ateis mengaku menjadi merindukan agama, Om Yogi berharap dapat membawa nilai-nilai ESQ ke negaranya, Nepal. “Saya ingin menyampaikan pesan yang sama. Saya yakin, dengan itu kita bisa memberi perubahan besar pada dunia,” kata Yogi.

Sebaliknya, Ary sendiri mengaku, pada awalnya presentasi itu penuh diliputi keragu-raguan dirinya. Soalnya, para peserta seminar yang datang juga merupakan para spiritualis dan akademisi berbagai universitas dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Denmark, Australia, Slovenia, India, Afrika Selatan, Tibet dll, kebanyakan bergelar doktor bahkan profesor.Selain itu latar belakang agama mereka juga beragam dari Kristen, Hindu ,Budha bahkan yang atheis pun ada...

Menurut pria yang lahir di Bandung 24 Maret 1965 itu, respons yang didapatnya di Oxford itu benar-benar hadiah ulang tahun yang tidak ternilai. Apalagi ketika banyak diantara peserta menyatakan siap menyebarkan nilai-nilai ESQ di negara masing-masing. “Mereka yakin, lewat ESQ mereka dapat turut menciptakan perdamaian dunia. Banyak diantara mereka yang mengaku baru kali ini mendapatkan pemahaman yang lengkap soal Islam, yang selama ini selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif dan cap terorisme,” ujar Ary. Dengan sambutan itu pula, Ary mengaku makin yakin bahwa nilai-nilai ESQ dapat diterima seluruh bangsa di dunia. Perkembangan ESQ di dunia internasional sendiri memang cukup pesat. Setelah melakukan training hingga angkatan ke-3 di Belanda, dua pekan lalu ESQ telah melakukan training angkatan ke-5 di Malaysia, dengan jumlah alumni yang telah mencapai 1350 orang. April mendatang, Pemerintah Negara Bagian Trengganu juga mengundang ESQ untuk memberikan pelatihan tertutup bagi 500 pejabat pemerintahan Trengganu. “Kami akan melanjutkan acara itu dengan training umum angkatan ke-6 di Kuala Lumpur,” kata Ary.@

0 Comments:

Post a Comment

<< Home