10/07/2006

Profil alumni: Bapak Suparno Midi

Bapak Suparno Midi, adalah alumni ESQ PP Jakarta yang saat ini berprofesi sebagai direktur departemen TI di SMA PGRI Cibinong berdomisili di Cibinong dan juga bertugas sebagai korda PP kabupaten Bogor serta perwakilan ESQ Cibinong.

Berikut cuplikan profil beliau yang dimuat di harian KOMPAS pada tanggal 9 September 2006 yang lalu di rubrik 'Sosok':

Suparno dan Komputer Imajinernya -(P Bambang Wisudo)














Tanpa menyentuh komputer, seseorang bisa memiliki keahlian komputer. Tanpa memiliki komputer, tanpa biaya besar, sekolah bisa mendidik muridnya menjadi jago-jago komputer. Semua itu telah dibuktikan oleh Suparno Midi (46), seorang otodidak bidang komputer, yang memperoleh keahliannya dalam teknologi informasi hanya dengan komputer imajinernya.

Ketika pertama kali melamar menjadi seorang programmer, sekalipun Suparno belum pernah menyentuh komputer. Padahal, ia diuji di hadapan seorang dosen komputer bergelar doktor. Ia kebingungan ketika harus menyalakan komputer yang ada di hadapannya.

Dengan mendapat omelan, seseorang akhirnya menolong Suparno menyalakan komputer tersebut. Kesulitan belum selesai. Ternyata komputer yang ada di hadapannya berbeda dengan komputer yang dibayangkannya. Ia baru bisa bereaksi ketika permintaannya untuk melihat setumpuk buku petunjuk dikabulkan.

"Saya diminta kembali untuk tes besok paginya. Saya bilang, saya capai. Saya tidak sanggup lagi jalan kaki ke tempat tes sejauh 15 kilometer. Dengar cerita itu, saya malah diberi ongkos Rp 60.000," kata Suparno.

Dari situlah Suparno mengawali kariernya sebagai ahli dan guru komputer. Berawal dari fasilitas seadanya, Suparno membantu mendesain pendidikan dan pengembangan teknologi informasi di SMA Plus PGRI Cibinong.

Ia hanya berijazah SMA. Namun, berkat Suparno, SMA Plus PGRI Cibinong itu kelak akan menjadi perintis dalam pengembangan pendidikan teknologi informasi di sekolah. Dari sekolah swasta yang berada di tengah perkampungan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu bakal muncul sebuah kampung ICT, kawasan yang memiliki akses teknologi informasi teknologi cepat dengan biaya murah, yang dibangun atas inisiatif dari bawah.

Selama bertahun-tahun, Suparno belajar dengan komputer imajinernya. Tidak seorang pun mengajarinya. Ia hanya belajar dari buku-buku yang ia temui. Sehari-hari ia mendekam dalam kamar.

Ia menggambarkan papan ketik komputer di atas selembar kertas, lengkap dengan tombol-tombolnya. Ia gambar pula layar komputer di papan tulis yang dia letakkan di depannya. Saat memencet tombol-tombol di "papan ketik", ia lalu menuliskan huruf-huruf itu di "layar komputer" di papan tulis. Begitu pula sebaliknya ketika ia menghapus ...

Selengkapnya...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home